Senin, 30 Desember 2013

Support Department Cost Allocation_Managerial Accounting_Chapter 7



Support Department Cost Allocation

Proses produksi pada umumnya melalui beberapa tahapan. Hal ini dilakukan dengan maksud mengadakan spesialisasi pengerjaan produk yang dihasilkan. Spesialisasi tersebut mengakibatkan adanya departemenisasi proses produksi. Setiap tahapan proses produksi pada dasarnya tidak dapat berdiri sendiri. Kesemuanya harus merupakan satu rangkaian yang terkoordinasikan.
Setiap tahapan proses produksi tersebut harus dibantu oleh departemen lain yang membantu berfungsinya suatu departemen. Departemen semacam ini disebut departemen pembantu. Departemen pembantu adalah departemen yang memberikan layanan pada departemen produksi sesuai dengan fungsinya. Departemen pembantu biasanya berupa departemen listrik, pemeliharaan, dll. Biaya-biaya yang terjadi pada departemen pembantu pada dasarnya juga ikut memberi kontribusi pembuatan suatu produk. Oleh karenanya biaya-biaya yang terjadi di departemen pembantu juga harus ikut dibebankan dalam penentuan kos produk.
Namun demikian pembebanan biaya yang terjadi pada departemen pemabntu ke produk yang dihasilkan tidak dapat dilakukan secara langsung ke produk. Terlebih dahulu harus dilakukan alokasi biaya ke departemen produksi yang menikmati jasa yang diserahkan oleh departemen pembantu tersebut. Pembebanan biaya dari departemen pembantu langsung ke produk akan mengakibatkan kos produk terlalu tinggi dan sebaliknya kos produk yang masih dalam proses menjadi lebih rendah.
Beberapa tujuan alokasi biaya dari departemen pembantu ke departemen produksi adalah sbb:
1.      memperoleh harga yang disepakati bersama;
2.      menghitung profitabilitas lini produk;
3.      memperkirakan pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian;
4.      menilai persediaan;
5.      dan memotivasi manajer untuk menggunakan tingkat konsumsi jasa dengan benar.
Ada dua cara menghitung tarif  untuk departemen pembantu, yaitu:
1.      pembebanan tunggal à mengkombinasikan biaya variabel dan tetap pada departemen pembantu untuk menghasilkan tarif pembebanan;
2.      pembebanan ganda à memisahkan biaya variabel dan tetap pada departemen pemabntu, suatu tarif  terpisah dihitung untuk tiap jenis sumber daya berdasarkan pada faktor penyebab. Kemudian penggunaan aktual tiap jenis faktor penyebab dikalikan dengan tarif  yang sesuai untuk mendapatkan jumlah biaya departemen pembantu yang akan dialokasikan.
Biaya yang dialokasikan dari departemen pembantu ke departemen produksi adalah biaya yang dianggarkan bukan aktual agar ketidakefisienan departemen pembantu tidak diteruskan ke departemen produksi.
            Metode yang digunakan untuk mengalokasikan biaya departemen pembantu ke departemen produksi adalah:
  1. metode alokasi langsung à biaya variabel dan tetap dialokasikan secara langsung ke departemen produksi, besarnya biaya variabel sesuai dengan proposi penggunaan jasa departemen tsb sedangkan besarnya biaya tetap sesuai dengan proposi kapasitas normal atau praktis;
  2. metode alokasi berurutan (bertahap) à tidak sepenuhnya mengakui interaksi antar departemen pembantu. Alokasi biaya dilakukan dengan cara menurun, mengikuti prosedur rangking yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Departemen pembantu dirangking sesuai urutan jumlah pelayanan yang diberikan dari urutan terbanyak hingga paling sedikit;
  3. metode alokasi timbal balik à mengakui sepenuhnya interaksi antar departemen pembantu. Pemakaian suatu departemen pembantu oleh departemen menentukan biaya total tiap departemen pembantu yang biaya totalnya mencerminkan interaksi antar departemen pembantu. Kemudian biaya total departemen pembantu yang baru tsb dialokasikan ke departemen produksi.
Produk patungan (joint product) adalah dua atau lebih produk yang diproduksi secara simultan dengan proses yang sama hingga pada titik pemisahan (split-off point). Ada tiga metode akuntansi yang digunakan dalam perhitungan produk patungan, yaitu:
1.      metode unit fisisk à biaya patungan didistribusikan ke produk berdasarkan unit fisik;
2.      metode nilai penjualan saat pemisahan à mengalokasikan biaya patungan berdasarkan proporsi setiap produk pada nilai penjualan saat titik pemisahan;
3.      metode nilai bersih yang direalisasikan.
Produk sampingan (by product) memiliki nilai penjualan yang relatif kurang signifikan. Produk sampingan umumnya tidak dialokasikan ke biaya produk patungan. Penjualan produk sampingan dimasukkan dalam “pendapatan lain-lain” pada laporan laba rugi atau diperlakukan sebagai kredit untuk Barang dalam Proses dari produk utama.



Job Order Costing & Process Costing_Managerial Accounting_Chapter 6



JOB ORDER COSTING & PROCESS COSTING

Sistem akuntansi biaya berdasarkan proses (process costing) à  perhitungan biaya dikumpulkan untuk satuan waktu tertentu dengan dasar skedul produksi yang ditetapkan yang bertujuan untuk memproduksi barang yang akan dijual secara kontinyu dengan produk yang standard an dihitung pada akhir periode. Harga pokok produksi dihitung dengan prosentase tertentu dibagi dengan jumlah produk pada periode tertentu.
Sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan (job order costing) à perhitungan biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya. Produksi dilakukan tergantung spesifikasi pemesan. Biaya produksi berdasarkan job order dapat dihitung pada saat pesanan selesai. Harga pokok produksi ddihitung dengan mengakumulasikan biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead yang diperhitungkan pada masing-masing kartu biaya pesanan dan dibagi dengan jumlah pesanan masing-masing.
Berikut perbedaan antara Job Order Costing dengan Process Costing:
Job Order Costing
Process Costing
Banyak pesanan yang dikerjakan selama periode.

Produk Tunggal yang dihasilkan selama periode waktu yang panjang
Biaya-biaya diakumulasi oleh masing-masing pesanan.

Biaya-biaya diakumulasi berdasarkan departemen.

Kartu Biaya Pesanan sebagai dokumen kunci.

Department production report adalah dokumen kunci.

Unit cost dihitung berdasarkan pesanan.

Unit costs dihitung berdasarkan departemen


Kemiripan antara job order costing dan proses costing sistem antara lain sbb:
  1. Kedua sistem memiliki tujuan dasar yang sama-untuk menetapkan bahan, tenaga kerja, dan biaya overhead ke produk dan untuk menyediakan mekanisme untuk biaya komputasi unit produk.
  2. Kedua sistem menggunakan akuntan manufaktur yang sama dasar, termasuk biaya overhead manufaktur, bahan baku, barang dalam proses, dan finished good.
  3. Aliran biaya melalui rekening manufaktur pada dasarnya sama di kedua sistem.
Dalam sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan (job order costing), produk dipertanggungjawabkan dalam batch. Setiap batch diperlakukan sebagai pesanan yang terpisah dan pesanan tersebut merupkan obyek biayanya. Semua biaya yang terjadi dalam produksi suatu pesanan dibebankan ke kartu biaya pesanan tersebut. Jika pekerjaan yang dilakukan untuk suatu pesanan terjadi di lebih dari satu departemen atau pusat biaya (cost center) yang lain , biaya yang terjadi di setiap pusat biaya diakumulasikan di kartu biaya pesanan. Ketika pesanan selesai , biaya pesanan per unit dan produk ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke kartu biaya pesanan dengan jumlah unit yang diproduksi untuk pesanan tersebut. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, produk yang berbeda-beda dapat diproduksi untuk pesanan yang berbeda dan biayanya dapat ditentuan secara terpisah.
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa juga pusat pemrosesan dan satu departemen. Persyaratan utama adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi, bila tidak perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk.
Terdapat dua pendekatan untuk menagani biaya persediaan awal barang dalam proses yaitu metode perhitungan rerata tertimbang dan FIFO. Metode perhitungan biaya rerata tertimbang menggabungkan biaya persediaan awal dengan biaya periode berjalan untuk menghitung biaya per unit. Metode perhitungan biaya FIFO memisahkan unit-unit dalam persediaan awal dari unit-unit yang diproduksi selama periode berjalan.
 Laporan biaya produksi sebaiknya menunjukkan:
  1. biaya total dan biaya per unit dari pekerjaan yang diterima dari satu atau beberapa departemen lain;
  2. biaya total dan biaya per unit dari bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik yang ditambahkan oleh depatemen tersebut;
  3. biaya dan persediaan barang dalam proses awal dan akhir;
  4. biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke persediaan barang jadi
Sehingga laporan biaya produksi berfungsi untuk menunjukkan aliran unit dan biaya-biaya ke work in process, menjadi kartu biaya pesanan dalam process costing, menyediakan informasi biaya bagi L/K (financial statements), dan membantu para manajer untuk mengontrol  departemennya



Minggu, 29 Desember 2013

Activity Based Management (ABM)_Managerial Accounting Hansen Mowen_Chapter 5



                       Activity Based Management

Activity Based Management (ABM) adalah proses manajemen yang menggunakan informasi yang dipasok oleh ABC guna mengingkatkan profitabilitas organisasional. Jadi, ABM memiliki sudut pandang biaya yang berkaitan dengan pembebanan biaya secara akurat dan sudut pandang proses yang berkaitan dengan pengurangan biaya dengan mengeliminasi pemborosan.

Aspek ABM :
1.            Menjelaskan analisis nilai proses à adalah suatu analisis untuk memberikan informasi mengenai alasan suatu pekerjaan dilakukan dan seberapa baik pekerjaan tersebut dilakukan. Dalam analisis ini melibatkan analisis penggerak biaya, analisis aktivitas, dan pengukuran kinerja. Dimensi inilah yang menghubungkan analisis volume proses dengan konsep perbaikan berkelanjutan.

Analisis nilai proses mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah. ABC menyediakan infromasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut, sehingga dengan ABC manajemen dapat melihat adanya aktivitas yang tidak bernilai tambah sehingga dengan mudah dapat dieliminasi. Eliminasi aktivitas tersebut dapat mengurangi biaya yang tidak efisien.

2.            Menentuan efisinesi dan efektivitas
Secara tradisional akuntan lebih peduli dengan ukuran-ukuran kinerja keuangan, tetapi melalui ABM, evaluasi kinerja aktivitas-aktivitas diperluas dengan mencakup banyak ukuran non financial (tingkat kerusakan produk, banyaknya keluhan pelanggan, jumlah pengerjaan ulang dll).

Kinerja aktivitas dievaluasi dengan tiga dimensi, yaitu efisiensi, kualitas, dan waktu. Berikut perbandingan ukuran kinerja yang diukur berdasarkan keuangan dan berdasarkan aktivitas.

No
Ukuran berdasarkan keuangan
Ukuran berdasarkan aktivitas
1
Anggaran unit perusahaan
Standar berorientasi pada proses
2
Perhitungan biaya standar
Standar bernilai tambah
3
Standar statis
Standar dinamis
4
Standar yang saat ini dapat dicapai
Standar optimal
                  
                   Perbandingan evaluasi kinerjanya adalah sbb:
                       
No
Evaluasi kinerja
berdasarkan keuangan
Evaluasi kinerja
berdasarkan aktivitas
1
Efisiensi keuangan
Pengurangan waktu
2
Biaya yang dapat dikendalikan
Perbaikan kualitas
3
Biaya aktual versus standar
Pengurangan biaya
4
Ukuran keuangan
Pengukuran trend

            Pengetahuan biaya pelanggan dan pemasok dapat menjadi informasi yang penting untuk memperbaiki profitabilitas perusahaan. Keakuratan biaya tersebut memungkinkan manajer untuk membuat keputusan penentuan harga yang lebih baik sehingga perusahaan mampu meningkatkan daya saing dengan produk kompetitor di pasaran dengan tetap mendapatkan margin yang tinggi. Hal ini dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.