BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia
di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari
hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam
kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah
penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan.
Di antara kedua belah pihak harus ada two-way communications atau
komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya
kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi,
maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut
terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan
yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing
individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat
untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Hubungan yang dilakukan oleh unsur
pimpinan antara lain kelangsungan hidup berorganisasi untuk mencapai
perkembangan ke arah yang lebih baik dengan menciptakan hubungan kerja sama
dengan bawahannya. Hubungan yang dilakukan oleh bawahan sudah tentu mengandung
maksud untuk mendapatkan simpati dari pimpinan yang merupakan motivasi untuk
meningkatkan prestasi kerja ke arah yang lebih baik. Hal ini tergantung dari
kebutuhan dan cara masing-masing individu, karena satu sama lain erat
hubungannya dengan keahlian dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Bila sasaran komunikasi dapat
diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi
kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan
beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan
individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, penulis memilih Koperasi “Kopma UGM” sebagai obyek penelitian untuk
mengetahui komunikasi secara lebih detail yang terjadi di dalam organisasi
tersebut.
- Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1.
Siapa saja pihak yang terkait dalam proses komunikasi di
Koperasi “Kopma UGM”?
2.
Apa saja media yang digunakan dalam proses komunikasi di
Koperasi “Kopma UGM”?
3.
Apa saja miss
communication yang terjadi dan apa saja strategi yang digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan miss
communication tersebut di Koperasi “Kopma UGM”?
4.
Apa gaya kepemimpinan yang digunakan di Koperasi “Kopma
UGM”?
5.
Apakah komunikasi di Koperasi “Kopma UGM” telah berjalan
efektif dan efisien?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah “Komunikasi di
Koperasi “Kopma UGM” ” adalah:
1.
Memberikan informasi
secara lebih detail tentang pihak yang terkait dalam proses komunikasi yang
terjadi di koperasi “Kopma UGM”.
2.
Memberikan informasi
mengenai media apa yang digunakan dalam proses komunikasi di Koperasi “Kopma
UGM”.
3.
Memberikan informasi
mengenai miss communication dan
strategi yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan miss communication di Koperasi “Kopma
UGM”.
4.
Mengetahui gaya
komunikasi di Koperasi “Kopma UGM”.
5.
Mengetahui apakah
komunikasi di Koperasi “Kopma UGM” telah berjalan efektif dan efisien.
D.
Ruang
Lingkup Materi
Makalah yang berjudul “Komunikasi di
Koperasi “Kopma UGM” “ hanya sebatas membahas tentang pihak yang terkait dalam
proses komunikasi, media komunikasi, miss
communication, strategi yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan miss communication, gaya komunikasi, dan
menganalisis apakah proses komunikasi di Koperasi “Kopma UGM” sudah berjalan
efektif dan efisien atau belum.
BAB II
DASAR TEORI
- Komunikasi
·
Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi
berasal dari kata Latin Communicare
atau Communis yang berarti
sama atau menjadikan milik
bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain
tersebut menjadi miliknya.
Beberapa definisi komunikasi adalah:
1. Komunikasi
adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu
dipahami bersama oleh pihak yang
terlibat dalam kegiatan komunikasi
(Astrid).
2. Komunikasi
adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang
pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
3. Komunikasi
adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang
lain (Davis, 1981).
4. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan
dengan orang lain (Schram,W)
5. Komunikasi adalah
penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain, komunikasi
merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi).
·
|
|
|
|||||||
|
|||||||
Diagram
1 : Proses Komunikasi
1. Pengirim
pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang
mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami
oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah
informasi yang akan disampaikan atau
diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan
akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
2. Simbol/
isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat
kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya
seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota
badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak,
membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
2. Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan
seperti ; TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi
pesan yang akan disampaikan, jumlah
penerima pesan, situasi dsb.
3. Mengartikan
kode/isyarat
Setelah
pesan diterima melalui indera
(telinga, mata dan seterusnya) maka si
penerima pesan harus dapat
mengartikan simbul/kode dari pesan
tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya.
4. Penerima
pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat
memahami pesan dari si pengirim meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim
5. Balikan
(feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan
yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan
tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si penerima pesan. Hal ini
penting bagi manajer atau pengirim pesan
untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan
tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan
penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya
merupakan balikan langsung yang
mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan
itu akan dilaksanakan atau tidak
Balikan yang diberikan oleh orang
lain didapat dari pengamatan pemberi
balikan terhadap perilaku maupun ucapan
penerima pesan. Pemberi balikan
menggambarkan perilaku penerima pesan
sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk
memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu
untuk menumbuhkan kepercayaan serta
keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
6. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari
proses komunikasi akan tetapi mempunyai
pengaruh dalam proses komunikasi, karena
pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan
adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi
sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.[1]
·
Hambatan Komunikasi / Miss Communication
Beberapa hambatan komunikasi yang
efektif sehingga menyebabkan miss communication, antara lain:
1. Penilaian
terhadap sumber/pengirim à
Pengalaman masa lampau komunikator berpengaruh terhadap pandangan dan reaksi
penerima terhadap gagasan, pendapat, saran, maupun tindakannya. Seseorang yang
sudah dicap tidak baik oleh kelompok tertentu dalam organisasi, kemudian pada
suatu saat ia menyampaikan suatu gagasan dengan tulus, tetapi oleh penerima
tetap mencurigai itikad baik gagasan tersebut.
2. Penyaringan
pesan à
Penyaringan berkaitan dengan manipulasi informasi, khususnya informasi yang
negatif. Penyaringan ini pada umumnya terjadi pada komunikasi dari bawah ke
atas, dimana informasi yang tidak menyenangkan atasan dihilangkan.
3. Tekanan
waktu à
Keterbatasan waktu merupakan fenomena yang terjadi dalam setiap aspek
kehidupan, dan tekanan waktu menciptakan masalah penting dalam proses
komunikasi. Misalnya, manajer sering kali tidak punya banyak waktu untuk
berkomunikasi dengan setiap bawahannya karena mereka terlalu sibuk sehingga
informasi penting seringkali terlewatkan.
4. Mendengarkan
secara selektif à
Mendengarkan permasalahan secara selektif bagian dari permasalahan besar persepsi
selektif, dimana orang cenderung hanya mendengarkan bagian tertentu dari
informasi dan mengabaikan bagian yang lain dengan berbagai alasan.
5. Masalah
bahasa à
Komunikasi merupakan proses simbolis yang sebagaian besar tergantung pada
kata-kata yang dimaksudkan mengandung arti tertentu. Sering kali orang berfikir
mereka berbicara dalam bahasa dan pengeriaan yang sama, padahal kata-kata yang
diucapkan memiliki arti yang berbeda bagi orang lain atau lawan bicaranya.
6. Bahasa
kelompok à
Pada umumnya kelompok-kelompok profesional mengembangkan istilah-istilah teknis
yang hanya dapat dimengerti oleh kelompoknya saja. Penggunaan istilah-istilah
teknis seperti overhead cost, break event point, dll yang biasanya
dipakai oleh ekonom tidak dipahami oleh
kelompok-kelompok lainnya sehingga dapat menimbulkan hambatan komunikasi.
7. Perbedaan
kerangka acuan à
Komunikasi yang efektif memerlukan adanya proses penyandian dan penguraian
didasarkan pada suatu pengalaman yang sama, jika tidak maka komunikasi akan
terganggu. Misalnya, orang-orang dalam organisasi dari fungsi atau departemen
yang berbeda menafsirkan informasi yang sama dengan cara yang berbeda. Bagian
pemasaran menafsirkan penurunan penjualan karena kualitas produk yang rendah,
sementara bagian produksi menafsirkannya sebagai kurang efektifnya kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh bagian pemasaran.
8. Beban
komunikasi berlebih à
Jika penerima mendapatkan informasi lebih dari kapabilitasnya untuk mereka
tangani maka mereka akan mengalami beban komunikasi yang berlebihan. Akibatnya
mereka sulit menanggapi semua informasi yang disampaikan kepadanya.[2]
·
Fungsi Komunikasi
Dalam suatu
organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam
organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1.
Fungsi
informatif
Organisasi dapat
dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing
system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap
dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan
oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu
organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi
untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang
terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan
informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan
sebagainya.
2.
Fungsi
Regulatif
Fungsi regulatif
ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran
manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua
informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai
kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur
organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of
authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk
menjalankan perintah banyak bergantung pada:
-
Keabsahan pimpinan
dalam penyampaikan perintah.
-
Kekuatan
pimpinan dalam memberi sanksi.
-
Kepercayaan
bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi.
-
Tingkat kredibilitas
pesan yang diterima bawahan.
b. Berkaitan dengan pesan atau message.
Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya,
bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh
dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3.
Fungsi
Persuasif
Dalam mengatur
suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil
sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan
yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.
Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.
4.
Fungsi
Integratif
Setiap organisasi
berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan
tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal
seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar
dalam diri karyawan terhadap organisasi.
·
Gaya Komunikasi
Gaya
Komunikasi. Gaya komunikasi
(communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi
yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized
set of intexpersonal behaviors that are used in a given
situation).
Macam-macam gaya komunikasi:
1.
The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat
mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk
membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang
lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan
nama komunikator satu arah atau one-way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling
style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman
pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian
untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan
perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut
digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah
tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru
berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi
pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari
komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan
bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang
dilakukannya. The controlling style of communication ini sering
dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara
efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya
komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif
sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif
pula.
2.
The Equalitarian style
Aspek penting gaya
komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication
ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya
komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya,
setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam
suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,
memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian
bersama.
Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang
memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang
baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan
kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak
komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan
kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin
berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam
suatu organisasi.
3.
The Structuring style
Gaya
komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara
tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan
(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain
dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan
dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill
dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University,
menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama
Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons
menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah
orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan
tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4.
The Dynamic style
Gaya
komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada
tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini
sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para
wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan
utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang
pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya
komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai
kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5.
The Relinguishing style
Gaya
komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol
orang lain.
Pesan-pesan
dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang
bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti
serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.
6.
The Withdrawal style
Akibat
yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam
deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak
ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa
ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu
keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena
itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Gambaran
umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style
of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga
gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan
secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi.
Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal
mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat.[3]
·
Komunikasi
Interpersonal
1. Bidang
Arena à
Bidang komunikasi paling efektif. Pada bidang ini baik diri sendiri maupun
oranglain sama-sama mengetahui atau memiliki informasi yang diperlukan dalam
melakukan komunikasi sehingga komunikasi yang terjadi dapat berlangsung dengan
efektif.
2. Bidang
Blind Spot à
Pada bidang ini diri sendiri tidak mengetahui informasi yang relevan secara
lengkap, tetapi orang lain mengetahui. Akibatnya komunikasi tidak berlangsung
dengan baik.
3. Bidang
Unknown à
Bidang komunikasi paling tidak efektif. Pada bidang ini baik diri sendiri
maupun orang lain sama-sama tidak mengetahui informasi yang relevan.
4. Bidang
Facade/Hidden à
Pada bidang ini diri sendiri mengetahui informasi yang relevan dengan apa yang
dikomunikasikan, sedangkan orang lain tidak mengetahui. Akibatnya komunikasi
tidak berlangsung dengan baik.
·
Komunikasi
Keorganisasian
-
Pengaruh dari struktur
organisasi
Salah satu fungsi terpenting dari struktur
organisasi adalah membatasi aliran komunikasi dengan demikian mengurangi
pemasalahan kelebihan informasi. Beberapa dari permasalahan organisasi
dipecahkan dengan tidak meningkatkan tetapi dengan membatasi aliran komunikasi
dan merinci secara jelas informasi yang bagaimana yang harus dikumpulkan,
diproses, dan dianalisis.
-
Aliran komunikasi
formal dalam organisasi
1.
Komunikasi dari atas ke
bawah (downward communication) à
merupakan aliran komunikasi dari tingkat atas ke tingkat bawah melalui hirarkhi organisasi, contohnya prosedur
organisasi, instruksi tugas, umpan balik terhadap prestasi karyawan, dsb.
Kelemahannya adalah ketidakakuratan informasi yang melewati beberapa tingkatan.
2.
Komunikasi dari bawah
ke atas à
dirancang untuk menyediakan umpan balik tentang seberapa baik organisasi telah
berfungsi. Bawahan diharapkan memberikan informasi tentang prestasinya dan
praktek serta kebijakan organisasi. Komunikasi ini dapat berbentuk laporan
tertulis maupun lisan, kotak saran, pertemuan kelompok,dsb. Kelemahannya adalah
bias dan penyaringan atas informasi informasi yang disampaikan oleh bawahan.
3.
Komunikasi horisontal à
merupakan aliran komunikasi kepada orang yang memiliki hirarkhi yang sama dalam
suatu organisasi, misalnya komunikasi yang terjadi antara manajer pemasaran
dengan manajer bagian produksi.
4.
Komunikasi diagonal à
merupakan aliran komunikasi dari orang-orang yang memiliki hirarkhi yang
berbeda dan tidak memiliki hubungan wewenang secara langsung, misalnya
komunikasi antara manajer pemasaran dengan subbagian pengendalian mutu.[4]
- Koperasi “Kopma UGM”
·
Sejarah, Visi &
Misi, Asas, dan Prinsip Koperasi “Kopma UGM”
Koperasi
“Kopma UGM” adalah organisai yang berbadan hukum koperasi sekaligus merupakan
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di lingkungan Universitas Gadjah Mada,
beranggotakan orang perorang yang telah terdaftar sebagai anggota.
Koperasi ‘Kopma UGM” didirikan pada tanggal 20 Maret 1982. Kopma UGM resmi ber-Badan Hukum pada
tanggal 2 Agustus 1982 dengan Akte Pendirian No. 1246/BH/XI didapat dari
Departemen Perdagangan dan Koperasi dengan klasifikasi Koperasi Serba Usaha.
Visi Koperasi ‘Kopma UGM” adalah menjadi organisasi yang secara terus
menerus mengembangkan diri dan memberikan kemanfaatan kepada anggotanya serta
berperan aktif dalam gerakan koperasi dengan berpegang teguh pada nilai-nilai
dan prinsip-prinsip koperasi.
Misi
Koperasi “Kopma UGM” adalah;
1. Mewujudkan
SDM anggota yang memahami dan menjalankan fungsi dan perannya sebagai pemilik,
pelanggan, dan partisipasi aktif di Koperasi”Kopma UGM”.
2. Meringankan
beban ekonomi dan meningkatkan daya beli anggota.
3. Menyediakan
kebutuhan mahasiswa.
4. Pengoptimalan
fungsi perpustakaan sebagai pusat data dan informasi Koperasi “Kopma UGM” dan
berita aktual serta pola pengembangannya.
5. Pengoptimalan,
pembenahan, dan pemanfaatan sistem informasi, serta kearsipan dan administrasi
data-data organisasi.
6. Menciptakan
kondisi aman dan tertib dengan mendukung kinerja organisasi.
7. Mewujudkan
terlaksananya 5K di lingkungan Koperasi “Kopma UGM”.
8. Mewujudkan
hubungan yang harmonis baik internal maupun eksternal dengan meningkatkan
kualitas intensitas informasi tentang Koperasi “Kopma UGM”.
9. Mewujudkan
citra Koperasi “Kopma UGM” sebagai UKM terfavorit di UGM.
10. Mewujudkan
citra Koperasi “Kopma UGM” sebagai rujukan pusat belajar koperasi bagi
mahasiswa Indonesia.
Asas Koperasi “Kopma UGM” adalah kekeluargaan,
sedangkan prinsip-prinsipnya adalah:
1.
Keanggotaan yang sukarela dan
terbuka
2.
Pengawasan secara demokratis oleh
anggota
3.
Partisipasi aktif dari anggota
4.
Otonomi dan kemandirian
5.
Pendidikan, pelatihan dan
penginformasian
6.
Kerjasama antar koperasi
7.
Kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan
·
Struktur Organisasi
Koperasi “Kopma UGM”
·
Divisi Usaha Koperasi
“Kopma UGM”
Saat ini Koperasi “Kopma UGM” telah
memiliki lima divisi usaha dengan jumlah karyawan 78 orang (belum termasuk parttimer) dan omset pada tahun 2010 sebesar Rp 12 milyar. Adapun divisi usahanya adalah
sbb:
a. Warpostel
b. Swalayan
c. Konveksi
& Sablonase
d. Kafetaria
e. Unit
Simpan Pinjam (USP) Syariah
·
Gugus dan Komunitas
Koperasi “Kopma UGM”
Sebagai salah satu UKM di bawah
rektorat, Koperasi “Kopma UGM memiliki gugus dan komunitas yaitu wadah untuk
menampung kegiatan anggota. Selain untuk mengembangkan minat dan bakat
anggotanya, juga untuk mendukung kinerja organisasi secara keseluruhan. Saat
ini Koperasi “Kopma UGM” memiliki kurang lebih 750 anggota aktif. Adapun gugus
dan komunitas yang ada di Kopma UGM adalah sbb:
a. Lembaga
Penerbitan (LP)
b. Kopma
Design Center (KDC)
c. Speaking
Club (SC)
d. Trainer
Community (TC)
e. Gugus
Khusus Kajian
f. Komunitas
IT Club
g. Sport
Society[5]
BAB III
PEMBAHASAN
Penulis
membahas komunikasi di Koperasi ‘Kopma UGM” per bagian/bidang agar
pembahasannya lebih detail. Alasan lainnya adalah tugas dan wewenang per
bagian/bidang berbeda-beda sehingga komunikasi antar satu bidang dengan bidang
yang lain berbeda. Pembahasan ini dibuat berdasarkan hasil observasi penulis
selama 9 bulan (sejak maret 2011 s/d Desember 2011) dan wawancara langsung
dengan kepala dan staf masing-masing bidang.
- Komunikasi di Koperasi “Kopma UGM”
1. Ketua
Umum
Ketua umum membawahi kepengurusan yang
terdiri dari 6 bidang, yaitu bidang administrasi, PSDA, P&K, personalia,
keuangan, dan bisnis. Adapun disetiap
bidang tersebut terdapat kepala bidang, staf bidang, dan asisten bidang. Selain
itu, ketua umum juga membawahi karyawan.
o Pihak
yang terkait dalam proses komunikasi
Ketua
umum melakukan komunikasi internal maupun eksternal. Komunikasi internal
dilakukan melalui rapat dengan kepala bidang yang dilakukan setiap 2 minggu
sekali, rapat ini dinamakan rakor (rapat koordinasi) pengurus-staf. Selain itu
ketua umum berkomunikasi dengan karyawan secara formal dengan menggelar rapat
mandiv (rapat manajer divisi) setiap 2 minggu sekali. Selain itu pengurus dan
pengawas juga mengadakan rapat pengurus-pengawas yang akan diadakan jika ada
kesepakatan dari kedua belah pihak. Sedangkan komunikasi eksternal meliputi
komunikasi dengan rektorat UGM, dinas, dsb.
o Media
komunikasi
Media
komunikasi yang digunakan adalah dengan surat resmi, telepon, papan pengumuman,
memo, SMS, forum internal facebook, email, dsb.
o Miss
communication
Miss
communication terjadi karena adanya gangguan dari
media komunikasi yang digunakan. Misalnya ketua umum mengumumkan akan diadakan upgrading untuk asisten bidang, namun
pesan yang disampaikan tidak diterima oleh penerima karena pesan yang dikirim
lewat sms terpanding, dsb.
2. Pengawas
Ketua pengawas Koperasi “Kopma UGM”
membawahi 2 anggota pengawas. Pengawas bertugas untuk melakukan pemeriksaan
terhadap pengelolaan koperasi oleh pengurus minimal 3 bulan sekali. Pengawas
dalam menjalankan tugasnya dapat meminta jasa konsultan. Pengawas diwajibkan
berusaha agar segala laporan kepengawasannya dapat diketahui oleh setiap
anggota.
o Pihak
yang terkait dalam proses komunikasi
Berdasarkan
tugas dan wewenang pengawas diatas, dapat diketahui bahwa pengawas melakukan
komunikasi internal (pengurus, anggota, karyawan, pelindung, pembina,
penasehat, dsb) dan eksternal (konsultan, dsb) dalam menjalankan tugasnya.
Pengawas mengadakan rapat internal pengawas 2 minggu sekali.
o Media
komunikasi
Media
komunikasi yang digunakan adalah memo, surat resmi, bertanya langsung kepada
pihak yang terkait untuk mendapatkan informasi, membuat FGD (Forum Group Discussion) di facebook.
o Miss
communication
Miss
communication yang sering terjadi dikarenakan pada
rapat tertentu yang diadakan oleh pengawas ada anggota koperasi yang tidak
datang, sehingga hasil keputusan atau informasi yang diberikan pengawas tidak
diterima dengan baik oleh anggota.
3. Bidang
Administrasi
Bidang administrasi adalah fungsi
pendukung bagi Koperasi “Kopma UGM”. Bidang ini membantu jalannya bisnis,
kegiatan kemahasiswaan (seperti menyediakan fasilitas untuk kegiatan
gugus&komunintas), mengurusi perpustakaan, galeri movie, dan segala aktivitas yang dilakukan oleh Koperasi “Kopma
UGM”. Adapun bidang ini mengurusi tentang infrastuktur bangunan/gedung,
listrik, air, kebersihan, keindahan, arsip-arsip, dokumentasi, perlengkapan dan
peralatan kantor, dsb.
o Pihak
yang terkait dalam proses komunikasi
Bidang
administrasi melakukan komunikasi internal maupun eksternal. Komunikasi
internal meliputi pengurus, pengawas, karyawan, anggota, parttimer
perpustakaan, dsb. Sedangkan komunikasi internal meliputi rektorat, dinas, supplier peralatan dan perlengkapan
kantor, dsb.
o Media
komunikasi
Media
komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi diatas adalah melalui surat
resmi, memo, SMS, forum internal facebook,
bertanya secara langsung, email, dsb.
o Miss
communication
Miss
communication sering terjadi di bidang ini, untuk
meminimalisir hal tersebut maka bidang admin selalu melakukan koordinasi dengan
pihak lain secara intensif. Selain itu selalu membahas berbagai hal, seperti
evaluasi kinerja admin dan program kerja selanjutnya di rapat koordinasi
pengurus-staf setiap 2 minggu sekali
4. Bidang
PSDA
Bidang PSDA adalah salah satu fungsi keanggotaan
di Koperasi “Kopma UGM”. Bidang ini mengurusi kegiatan keanggotaan, seperti
gugus komunitas, rekruitmen asisten bidang, mengawasi kinerja asisten bidang,
mengadakan pendidikan dasar perkoperasian 4 kali dalam 1 tahun, pendidikan
organisasi 2 kali dalam 1 tahun, pendidikan manajemen 1 kali dalam 1 tahun,
dsb.
o Pihak
yang terkait dalam proses komunikasi
Bidang
PSDA melakukan komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi eksternal meliputi
komunikasi kepada pengurus-staf, pengawas, karyawan, anggota, dsb. Sedangkan
komunikasi eksternal meliputi komunikasi kepada universitas, HKMY (Himpunan
Koperasi Mahasiswa Yogyakarta), dsb.
o Media
komunikasi
Media
komunikasi yang digunakan oleh bidang ini antara lain SMS, forum internal facebook, surat resmi, memo, email, dsb.
o Miss
communication
Miss
communication sering terjadi seperti ketidakhadiran
anggota pada suatu kegiatan yang dilakukan oleh bidang ini. Untuk meminimalisir
terjadinya miss communication, bidang
PSDA melakukan komunikasi tidak hanya satu kali tetapi beberapa kali dan dengan
menggunakan berbagai media komunikasi, selain itu juga melakukan koordinasi
dengan pengurus-staf melauli rapat koordinasi yang dilakukan 2 minggu sekali.
5. Bidang
Pengembangan&Kerjasama (P&K)
Bidang P&K adalah termasuk fungsi
gerakan. Bidang P&K bertugas untuk melakukan penelitian dan kerjasama
dengan pihak luar. Bidang ini membawa nama Koperasi “Kopma UGM” dikancah
nasional hingga internasional.
o Pihak
yang terkait dalam proses komunikasi
Berdasarkan
tugas diatas, bidang P&K lebih sering melakukan komunikasi eksternal.
Namun, komunikasi internal bagi bidang ini juga merupakan hal yang penting.
Komunikasi internal meliputi komunikasi kepada pengurus-staf, pengawas,
karyawan, anggota, pembimbing, pembina, penasehat, dsb. Sedangkan komunikasi
eksternal meliputi komunikasi kepada koperasi-koperasi lain, HKMY, FKKMI, UKM, dinas,
rektorat UGM, fakultas di seluruh UGM, bahkan universitas lain di seluruh
Indonesia, dsb.
o Media
komunikasi
Media
komunikasi yang digunakan anatara lain SMS, telepon, forum internal facebook, surat resmi, memo, mading,
forum komunikasi untuk UKM, email, dsb.
o Miss
communication
Miss
communication yang sering dihadapi oleh bidang ini
antara lain pihak lain yang membatalkan pertemuan yang sudah disepakati,
minimnya contact person sehingga
komunikasi menjadi sedikit terhambat. Untuk meminimalisir miss communicattion tersebut bidang P&K melakukan konfirmasi
ulang sebelum pertemuan dilakukan, melakukan komunikasi intensif dengan pihak
internal maupun eksternal Koperasi “Kopma UGM”.
6. Bidang
Personalia
Bidang personalia adalah salah satu
fungsi bisnis di Koperasi “Kopma UGM”. Bidang ini bertugas untuk membawahi,
mengawasi, dan mengurusi karyawan dan parttimer
Kopersi “Kopma UGM”. Adapun jumlah karyawan yang menjadi tanggung jawabnya ada
78 orang.
o Pihak
yang terkait dalam proses komunikasi
Bidang
personalia melakukan komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal
meliputi komunikasi kepada pengurus-staf, pengawas, karyawan, dan parttimer.
Sedangkan komunikasi eksternal meliputi komunikasi kepada dinas, notaris,
kepolisian, dsb.
o Media
komunikasi
Media
komunikasi yang digunakan antara lain memo, surat resmi, forum internal facebook, email, dsb.
o Miss
communication
Miss
communication sering terjadi terutama kepada
karyawan, misalnya masih ada karyawan yang melanggar aturan kerja, dan masih
ada karyawan yang KPI-nya (Key
Performance Indicator) kurang dari
standar minimal. Untuk meminimalisir miss
communication tersebut, bidang personalia turut hadir dalam rapat mandiv
yang diadakan 2 minggu sekali. Hal ini diharapkan agar komunikasi antar dua arah
(atas ke bawah dan bawah ke atas) dapat terjadi lebih intensif dan efektif.
Sehingga berbagai permasalahan karyawan dapat cepat diketahui dan dicarikan
solusinya. Selain itu, bidang personalia juga melakukan pengajian karyawan
setiap bulannya dan arisan per divisi usaha setiap 3 bulan sekali. Acara ini
diharapkan semakin mempererat jalinan silahturahmi dan komunikasi antar
karyawan dan pengurus.
7. Bidang
Bisnis
Bidang bisnis termasuk ke dalam fungsi
bisnis. Bidang ini mengelola bisnis di Koperasi “Kopma UGM” meliputi swalayan,
warpostel, kafetaria, konveksi&sablonase, dan USP Syariah (Unit Simpan
Pinjam Syariah). Bidang ini bertanggungjawab terhadap jalannya bisnis dan
mengelola bisnis agar tetap menguntungkan dan berkembang.
o Pihak
yang terkait dalam proses komunikasi
Bidang
bisnis melakukan komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal meliput
komunikasi kepada pengurus-staf, karyawan, pengawas. Sedangkan komunikasi
ekternal meliputi komunikasi kepada supplier,
mitra usaha, dinas, koperasi lain, dsb.
o Media
komunikasi
Media
komunikasi yang digunakan oleh bidang ini meliputi SMS, telepon, surat resmi, email, website, forum internal facebook,
memo, dsb.
o Miss
communication
Bidang
bisnis sering mengalami miss
communication, terutama kepada karyawan, supplier, dan mitra usaha.
Misalnya karyawan yang belum menerima atau mengetahui adanya kebijakan baru
dari pengurus sehingga karyawan tersebut tidak mennjalankan tugas yang
semestinya, supplier yang masih
mengirimkan barang yang kurang laku dijual, dan mitra usaha yang menerapkan
kebijakan baru sedangkan pihak bisnis Kopma UGM belum diberikan informasi
resmi, dsb. Untuk meminimalisir miss communication
tersebut, bidang bisnis selau hadir dalam rapat mandiv setiap 2 minggu
sekali agar kebijakan baru dan segala informasi dapat tersampaikan dengan baik.
Selain itu juga selalu melakukan komunikasi intensif kepada supplier dan mitra usaha.
8. Bidang
Keuangan
Bidang keuangan termasuk juga fungsi
bisnis. Bidang ini bertugas untuk mengelola keuangan Koperasi “Kopma UGM”
meliputi pembuatan laporan keuangan, input pajak, dsb. Selain itu bidang
keuangan juga bertugas untuk melakukan investasi terhadap sumber daya modal
sehingga Kopma UGM dapat memperoleh keuntungan yang lebih banyak.
o Pihak
yang terkait dalam proses komunikasi
Bidang
keuangan melakukan komunikasi kepada pihak internal maupun eksternal. Komunikasi
internal meliputi komunikasi kepada pengurus-staf, pengawas, karyawan, anggota,
dsb. Sedangkan komunikasi eksternal meliputi komunikasi kepada bank, koperasi
lain, dinas, dsb.
o Media
komunikasi
Media
komunikasi yang digunakan antara lain SMS, telepon, email, surat resmi, memo,
forum internal facebook, dsb.
o Miss
communication
Miss
communication yang sering dihadapi oleh bidang ini
antara lain terlambatnya pembagian bonus karyawan yang disebabkan oleh
terlambatnya pembuatan laporan keuangan. Laporan keuangan tersendat penyelesaiannya
karena input jurnal dan sistem yang masih belum sempurna. Untuk meminimalisir miss communication tersebut, bidang
keuangan telah menambah 1 karyawan khusus untuk menginput jurnal dan
berkonsulatasi dengan jasa konsultasi tentang sistem akuntansi yang cocok untuk
diterapkan di Kopma UGM.
- Gaya Komunikasi di Koperasi “Kopma UGM”
Berdasarkan hasil obesrvasi dan
wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, dapat diketahui bahwa Koperasi
“Kopma UGM” cenderung menggunakan gaya komunikasi the equalitarian style dan the
structuring style.
The
equalitarian style ditandai dengan adanya komunikasi
dua arah, yaitu dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dilakukan
secara formal maupun informal. Setiap anggota organisasi baik pengurus-staf,
karyawan, pengawas, maupun anggota dapat mengungkapkan gagasan atau
pendapatnya. Hal ini sesuai dengan asas Kopma UGM yaitu “kekeluargaan”.
The
stucturing style adalah gaya komunikasi yang memanfaatkan pesan-pesan verbal secara
tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan
(sender) lebih memberi perhatian
kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi
tentang tujuan organisasi, jadwal kerja,
aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Misalnya bidang
personalia menggunakan gaya komunikasi ini kepada karyawan agar karyawan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, bidang bisnis menggunakan gaya komunikasi ini
agar seluruh elemen bisnis dapat berjalan dengan baik, dsb.
- Efektivitas dan Efisiensi Komunikasi di Koperasi “Kopma UGM”\
Komunikasi yang terjadi di Koperasi
“Kopma UGM” sudah berjalan cukup baik, dapat dilihat dari rapat koordinasi
pengurus-staf dan rapat mendiv yang
rutin dilakukan setiap 2 minggu sekali. Ketua umum, pengawas, dan seluruh
bidang yang ada di Koperasi “Kopma UGM” juga telah menggunakan berbagai media
dan melakukan berbagai hal yang diharapkan dapat mengurangi adanya miss communication.
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
1. Ketua
umum, pengawas dan bidang-bidang yang ada di Koperasi ‘kopma UGM” melakukan
komunikasi internal dan eksternal sesuai dengan tugas dan wewenang
masing-masing. Media komunikasi yang digunakan oleh ketua umum, pengawas, dan
bidang-bidang di Koperasi “Kopma UGM”
diatas hampir sama, yaitu antara lain SMS, telepon, email, memo, surat resmi, forum internal facebook, dsb. Miss
communication pun hampir dihadapi oleh ketua umum, pengawas, dan
bidang-bidang di Koperasi “Kopma UGM’ dan mereka melakukan berbagai cara untuk
meminimalisir terjadinya miss
communication antara lain dengan mengadakan rapat koordinasi
pengurus-staf dan rapat mendiv setiap 2
minggu sekali, dsb.
2. Koperasi
“Kopma UGM” lebih cenderung menggunakan gaya komunikasi the equalitarian style dan the
structuring style.
3. Komunikasi
di Koperasi “Kopma UGM” sudah cukup efektif dan efisien.
- Saran
1. Semakin
meningkatkan efektifitas dan efisiensi
komunikasi di Koperasi “Kopma UGM” untuk meminimalisir terjadinya miss communication dan program kerja
dapat terlaksana dengan baik.
2. Semakin
meningkatkan link atau hubungan
kerjasama dengan berbagai pihak di luar Koperasi “Kopma UGM” seperti pejabat,
dinas, rektorat UGM, UKM, mitra bisnis, supplier,
koperasi lain, universitas lain, dsb agar Koperasi “Kopma UGM” semakin dilihat
eksistensinya, semakin bermanfaat bagi banyak orang, dan semakin maju dan
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Gitosudarmo,
Indriyo, dkk. 1997. Perilaku
Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE.
http://dayatfarras.wordpress.com/2011/07/07/komunikasi-dalam-organisasional/,3 Januari 2012, 17: 34’: 31”.
http://koperasi-kopmaugm.com/, 3
Januari 2012, 17: 56’:23”.
[1] kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc, <http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=KOMUNIKASI+&source=web&cd=11&ved=0CGkQFjAK&url=http%3A%2F%2Fkmpk.ugm.ac.id%2Fdata%2FSPMKK%2F3d-KOMUNIKASI%28revJan%252703%29.doc&ei=hwgET7jVLsHYrQfFs9joDw&usg=AFQjCNH7I83rXQZmjq_E2vbTsOxyCzyVTg>, 4 Januari 2012, 14:24’:45”.
[2] Indriyo Gitosudarmo, dkk,
Perilaku Keorganisasian, (Yogyakarta : BPFE, 1997), hlm 213.
[3] Kajian Komunikasi dalam Organisasi AN/FISIP, <http://dayatfarras.wordpress.com/2011/07/07/komunikasi-dalam-organisasional/>,
3 Januari 2012,
17: 34’: 31”.
[4] Indriyo Gitosudarmo, dkk, Perilaku Keorganisasian, (Yogyakarta : BPFE,
1997), hlm 210.
[5]< http://koperasi-kopmaugm.com/>,
3 Januari 2012, 17: 56’:23”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar