Jumat, 10 Januari 2014

Quality Costs and Productivity: Measurement, Reporting, and Control_Managerial Accounting_Chapter 15



Quality Costs and Productivity:
Measurement, Reporting, and Control

Peningkatan kualitas dapat meningkatkan profitabilitas melalui dua cara: meningkatkan permintaan pelanggan dan mengurangi biaya. Dalam pasar persaingan yang ketat, peningkatan permintaan dan penghematan permintaan dan penghematan biaya dapat menjadi penentu apakah suatu dapat berkembang atau sekadar bertahan hidup. Biaya kualitas bisa cukup besar dan dapat merupakan sumber penghematan yang cukup signifikan. Ketika perusahaan menerapkan program perbaikan kualitas, timbul kebutuhan untuk memantau dan melaporkan kemajuan dari program tersebut.
Biaya kualitas (cost of quality) merupakan biaya yang timbul karena mungkin atau telah di hasilkan produk yang jelek mutunya. Ada empat kategori biaya kualitas, yaitu (1) biaya pencegahan merupakan biaya yang di keluarkan untuk mencegah di hasilkannya mutu yang jelek; (2) biaya penilaian merupakan biaya yang di keluarkan untuk mendeteksi mutu yang jelek; (3) biaya produk gagal internal merupakan biaya yang di keluarkan karena produk gagal memenuhi persyaratannya dan kegagalan ini di ketahui sebelum di lakukan penjualan,dan (4) biaya produk gagal eksternal terjadi karena produk gagal memenuhi persyaratannya setelah terjual.
Ada dua pandangan tentang biaya kualitas. Pertama, pandangan kualitas yang dapat diterima (Acceptable Quality Level). Sudut pandang AQL didasarkan pada definisi produk cacat tradisional. Mengasumsikan bahwa terdapat perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian meningkat, biaya kegagalan seharusnya turun. Selama kondisi ini, perusahaan harus terus meningkatkan usahanya untuk mencegah unit-unit yang tidak sesuai. Sehingga dicapai suatu titik di mana kenaikan tambahan biaya kualitas tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar daripada penurunan biaya kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari total biaya kualitas dan merupakan perbandingan optimal dari biaya pengendalian dan biaya kegagalan dana mendefinisikan tingkat kualitas yang dapat diterima. Kedua adalah model cacat nol yang menekankan pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas. Model kualitas kokoh menentang definisi unit cacat, menyempurnakan pandangan terhadap biaya kualitas, mengintensifkan upaya perbaikan kualitas. Perusahaan yang berupaya mencapai kondisi cacat nol atas produk mereka ( kondisi dengan toleransi nol ), dapat mengkapitalisasi kualitas dengan menurunkan jumlah unit cacat sambil menekan total biaya kualitas. Tingkat optimal dari biaya kualitas ialah keadaan di mana produk-produk yang diproduksi memenuhi nilai target. Upaya untuk mencapai nilai target menciptakan sebuah dunia kalitas dinamis, berlawanan dengan dunia kualitas statis AQL.
Informasi biaya kualitas diperlukan untuk membantu manajer dalam mengendalikan kinerja kualitas dan berfungsi sebagai input dalam pengambilan keputusan. Informasi biaya kualitas dapat digunakan dalam keputusan penetapan harga strategis dan analisis produk baru. Informasi biaya kualitas menjadi dasar yang sangat penting bagi penelusuran perusahaan atas perbaikan yang berkelanjutan.
Menilai pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba berjalan merupakan salah satu cara untuk menilai perubahan produktivitas. Pengukuran jumlah perubahan laba yang diakibatkan oleh perubahan produktivitas disebut pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba. Aturan keterkaitan dengan laba (Profit-Linkage Rule) : untuk periode berjalan, hitunglah biaya input yang seharusnya digunakan dalam keadaan tanpa adanya perubahan produktivitas dan bandingkan biaya tersebut dengan biaya input aktual yang digunakan. Selisih biayanya adalah sejumlah perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan produktivitas.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar