Minggu, 05 Januari 2014

Segmented Reporting, Investment Center, Evaluation andTransfer Pricing_Managerial Accounting_Chapter 10



Segmented Reporting, Investment Center
Evaluation and Transfer Pricing

Desentralisasi adalah praktek pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. Pengambilan keputusan terdesentralisasi memperkenankan manajer pada jenjang yang lebih rendah untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan wilayah pertanggungjawaban mereka.
Beberapa alasan melaukan desentralisasi adalah:
  1. Mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal dalam mengendalikan usaha.
  2. Manajemen puncak lebih fokus pada perencanaan dan pengambilan keputusan strategis.
  3. Melatih dan memotivasi para manajer divisi untuk berkinerja baik.
  4. Meningkatkan daya saing divisi-divisi perusahaan dengan memperkenalkan lebih jauh kepada kekuatan-kekuatan pasar.
Absorption costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang memasukkan semua unsur biaya, baik yang bersifat variabel maupun fixed. Metode ini mengalokasikan biaya overhead tetap ke produk seperti halnya biaya overhead variabel. Variabel costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang hanya memasukan unsur biaya variabel (direct material, direct labor, dan variabel overhead). Sedangkan fixed overhead dimasukkan sebagai period cost.
Pada dasarnya, perbedaan kedua metode tersebut terletak pada waktu (timing) perlakuan fixed overhead cost. Variabel costing beranggapan bahwa fixed overhead cost harus segera dibebankan pada periode terjadinya. Namun tidak demikian dengan absorption costing, fixed overhead cost harus dibebankan dan dikurangkan dari pendapatan setiap unit yang terjual. Setiap unit produk yang tidak terjual (terdapat fixed overhead cost yang melekat pada unit produk) akan dialokasikan di persediaan dan akan dibawa ke periode berikutnya sebagai aset.
Keunggulan variabel costing dibanding absorption costing, sehingga metode ini digunakan untuk pelaporan internal, yaitu:
  1. Laporan Laba Rugi yang dihasilkan, dapat langsung digunakan untuk menganalisis biaya, volume, dan laba.
  2. Laba periodik tidak dipengaruhi oleh tingkat persediaan (akhir).
  3. Biaya produksi per unit tidak mengandung biaya tetap.
  4. Jumlah total biaya tetap dinyatakan secara eksplisit dalam laporan laba rugi, sementara dalam absorption costing, biaya tetap dialokasikan ke harga pokok penualan dan persediaan.
  5. Memudahkan estimasi tingkat profitabilitas produk, konsumen, dan segmen bisnis lainnya.
  6. Efektif digunakan untuk pengendalian biaya.
Ukuran kinerja yang paling lazim digunakan bagi suatu pusat investasi adalah pengembalian investasi (return on investment/ROI) dengan rumus :
ROI = Laba operasi / Aktiva operasi rata-rata ATAU
ROI = Margin x perputaran = (Laba operasi/Penjualan) x (Penjualan /Aktiva operasi rata-rata)
Keunggulan ROI antara lain:
  1. Mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban, dan investasi.
  2. Mendorong manajer untuk menfokuskan pada efisiensi biaya.
  3. Mendorong manajer untuk menfokuskan pada efisiensi aktiva operasi.
Sedangkan kelemahan ROI, antara lain:
  1. ROI mengakibatkan fokus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan.
  2. ROI mendorong para manajer untuk berfokus pada kepentingan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.
Laba residual (economic value added-EVA) adalah laba operasional setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal tahunan. Jika EVA positif berarti perusahaan manambah kekayaan, jika negative berarti perusahaan menyia-nyiakan modal. EVA juga menghasilkan tingkat pengembalian seperti ROI karena menghubungkan penghasilan bersih (pengembalian) dengan modal yang dipakai. Intinya EVA penekanannya pada pendapatan bersih operasi dengan biaya actual dari modal.
EVA = Laba operasional setelah pajak – (Biaya tertimabang rata-rata atas modal x   Total  modal terpakai
Kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan adalah dalam menghitung biaya modal yang terpakai. Untuk itu digunakan langkah-langkah :
  1. Menentukan biaya tertimabang rata-rata atas modal (prosentase).  Dalam menghitung biaya tertimabang rata-rata atas modal, perusahaan barus mengidentifikasi seluruh sumber dari dana yang diinvestasikan. Sumber-sumber pinjaman, dan ekuitas.
  2. menentukan total jumlah modal yang dipakai.
EVA digunakan untuk menganalisa apakah suatu proyek individual itu diterima atau ditolak. Selain itu sejumlah perusahaan telah menemukan bahwa EVA membantu mendorong jenis perilaku yang benar dari berbagai divisi dengan menunjukan bahwa penekanan semata-mata pada pendapatan operasional tidaklah mencukupi. Alasan yang menggarisbawahi adalah EVA mengandalkan biaya modal yang sebenarnya.
Yang dimaksudkan dengan harga transfer (transfer price) adalah nilai atau harga internal antar divisi dalam suatu perusahaan. Divisi yang menerima dianggap sebagai pembeli dan divisi yang mengirim dianggap sebagai penjual. Dampak dari harga transfer terhadap divisi antara lain :
  1. Dampak Terhadap Ukuran Kinerja Divisi. Harga yang dikenakan untuk barang yang ditransfer mempengaruhi biaya divisi pembeli dan pendapatan divisi penjual. Artinya, laba kedua divisi tersebut sebagaimana juga evaluasi dan kompensasi para manajer mereka, dipengaruhi oleh harga transfer.
  2. Dampak terhadap Keuntungan Perusahaan. Meskipun harga transfer actual tidak mempengaruhi perusahaan sebagai kesatuan, penetapan harga transfer ternyata mampu mempengaruhi tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan dengan dua cara yaitu jika ia mempengaruhi perilaku divisi dan ia mempengaruhi pajak pengahasilan. Divisi-divisi, yang bertindak secara independent, mungkin menetapkan harga transfer yang memaksimalkan laba devisi tetapi menimbulkan pengaruh sebaliknya bagi laba perusahaan secara keseluruhan.
  3. Dampak terhadap Otonomi. Karena keputusan penetapan harga transfer dapat mempenearuhi profitabilitas perusahaan secara keseluruhan, manajemen puncak sering tergoda untuk mencampuri dan mendikte harga transfer yang mereka inginkan.
Ada tiga kebijakan penetapan harga transfer, yaitu:
  1. Pendekatan Harga Pasar. Apabila terdapat pasar luar dengan persaingan sempurna untuk produk yang ditransfer, Pendekatan Harga Transfer berdasarkan Biaya.
  2. Tiga bentuk penetapan harga berdasarkan biaya :
a.       biaya penuh. meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead variable dan sebagai biaya overhead tetap.
b.      Biaya penuh ditambah Makup.
c.       Biaya Variable ditambah Biaya Tetap. maka harga transfer yang sesuai adalah harga pasar.
  1. Pendekatan Harga Transfer yang Dinegosiasikan.
Kelemahan harga transfer yang dinegosiasikan : (1) Manajer divisi yang menguasai informasi khusus mungkin mengambil keuntungan dari manajer divisi lainnya. (2) Ukuran-ukuran kinerja mungkin terganggu oleh ketrampilan negosiasi dari para manajer. (3) Negosiasi dapat menghabiskan waktu dan sumber daya yang besar. Keunggulan harga transfer yang dinegosiasikan adalah harga transfer yang dinegosiasikan menawarkan harapan untuk melengkapi ketiga criteria kesesuaian tujuan, otonomi dan akurasi evaluasi kinerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar